Selain
telaga dan
kawah, dataran tinggi dieng memiliki kekayaan berupa komplek candi candi yang merupakan bukti sejarah pada abad ke -8.
Dinamakan komplek candi dieng plateau, karena keberadaan candi - candi di dieng berada dalam kelompok yang berdekatan. yang masing - masing kelompok terdapat beberapa candi. Pada awalnya Van Kinsbergen seorang tentara inggris pada tahun 1814 melihat sekumpulan candi yang terendam pada genangan air, kemudian pada tahun 1956 diadakan pengeringan telaga, tempat candi tersebut berada. Selanjutnya upaya pengeringan dilakukan pada tahun 1864 oleh pemerintah Hindia Belanda. yang sempat terhenti beberapa tahun.
Mengenal Lebih Dalam Tentang Candi
Beberapa definisi menyebutkan, candi adalah sebuah bangunan peninggalan masa lampau sebagai tempat ibadah, istana, petirtaan maupun gapura agama Hindu-Buda. Secara etimologi candi berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja.
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar–kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua sistem dalam pengelempokan candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah–tengah anak–anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan
- Sistem membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia) yaitu induk candi berada di belakang anak–anak candi, contohnya candi penataran
Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Bangunan candi terbagi menjadi 3 yaitu :
- Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan. Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Plaosan (Jawa Tengah), dan Candi Panataran di Jawa Timur.
- Candi Wanua/watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh:candi yang berasal dari masa Majapahit, Candi Sanggrahandi (Tulung Agung, Jawa Tengah), Candi Gebang (Yogya), CandiPringapus (tulung Agung, Jawa Tengah).
- Candi pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh. Contoh: Candi Kidal (pendharmaan Anusapati,raja Singhasari), Candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja Singhasari), Candi Ngrimbi (pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu Hayam Wuruk),Candi Tegawangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).
Arsitektur Candi
Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks kota/desa, dll. Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah,dsb. Seperti kita ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo, Seperti halnya keberadaan Candi candi di dieng berada di lereng gunung.
Bahan-bahan untuk membuat candi:
- Batu kali (andesit)
- Batu putih, seperti di Candi Ratu Boko, Jateng
- Batu bata kuno (keras, berbeda dengan bata pada saat ini)
Macam-macam denah candi:
- denah bujur sangkar
- denah persegi panjang
- denah lingkaran
Tentang Candi Dieng
Luas keseluruhan komplek Candi Dieng mencapai 1.8 x 0.8 km². Candi-candi di kawasan Dieng terbagi dalam 3 kelompok dan satu candi yang berdiri sendiri. Penamaan candi - candi di dataran tinggi dieng berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Ketiga kelompok candi tersebut adalah Kelompok Arjuna, Kelompok Gatutkaca, Kelompok Dwarawati dan candi yang berdiri sendiri seperti Candi Bima, Candi Gatutkaca, Candi Dwarawatik, Candi Parikesit, Candi Sentyaki, Candi Ontorejo, Candi Samba, Candi Nakula, Candi Sadewa, Candi Gareng, Candi Petruk dan Candi Bagong. Secara
kewilayahan komplek candi dieng masuk Kabupatean Banjarnegara.
Komplek Candi Arjuna terdiri dari empat candi yaitu, Candi Arjuna, Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa.
Candi Arjuna
Candi arjuna merupakan sebuah candi yang berdenah dasar persegi dengan luas ukuran sekitar 6 m². candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga. Atap candi arjuna membentuk kubus bersusun, semakin ke atas semakin mengecil.
Didalam Candi arjuna terdapat Yoni berbentuk meja bagian tengah berlubang menampung tetesan air dari langit atap candi. Apabila tampungan penuh air meluap mengalir ke bagian linga dan diteruskan ke depan luar candi.
Candi Semar
Candi Semar adalah sebuah candi yang berukuran 3,5 m x 7 m, candi Semar letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Pada dinding candi Semar terdapat lubang kecil yang berfungsi sebagai fentilasi. Sedangkan atap candi semar berbentuk limasan.
Candi Sembadra
Sembadra adalah sebuah candi yang terdapat di komplek candi arjuna. Dengan bentuk dasar bujur sangkar, Sedangkan atap candi Sembadra berbentuk kubus dengan ukuran hampir sama dengan ukuran tubuh candi sembadra.
Candi Srikandi
Srikandi adalah sebuah candi yang terdapat di komplek candi arjuna. Bentuk dasar candi srikandi berbentuk kubus.
Candi Puntadewa
Puntadewa adalah sebuah candi yang terdapat di komplek candi arjuna. dengan bentuk atap mirip seperti candi Sembadra
Komplek Candi Gatutkaca
Komplek candi Gatutkaca terdiri dari lima candi yaitu, Candi Gatutkaca, Setyaki, Nakula, Sadewa, Petruk dan Gareng.
Candi Gatutkaca
Gatutkaca adalah sebuah candi yang berukuran 4,5 x 4,5 meter dan berbentuk bujur sangkar.
Candi Bima
Bima adalah sebuah candi yang terbesar di dataran tinggi dieng dengan ketinggian 8 meter dan berukuran 6 x 6 meter. Candi Bima terletak didekat pintu masuk kawasan kawah sikidang. Dilihat dari segi arsitektur, candi Bima mendapat pengaruh gaya dari India Utara, yaitu terdiri dari tiga tingkatan mendatar.
Dahulu Candi Bima memiliki 24 arca kudu, yaitu sebuah arca yang berbentuk kepala manusia yang terletak di bilik jendela. Arca kudu ini seberat 15 Kg dengan ketinggian 24 Cm, Lebar 20 Cm dan tebal 27 Cm. Sampai dengan saat ini arca kudu yang terdapat di Candi Bima sekitar 13 Buah.
Komplek candi Dwarawati
Komplek candi Dwarawati terdiri dari 4 Candi yaitu, Candi Dwarawati, Pandu, Margasari dan Abiyasa.
Candi Dwarawati
Dwarawati adalah sebuah candi yang berdenah dasar segi empat, secara umum bentuk candi Dwarawati mirip seperti candi Gatutkaca.
Sedangkan candi Pandu, Candi Margasari, dan Candi Abiyasa. keberadaanya sudah tidak utuh lagi.
Keindahan dan keagungan Komplek candi dieng tidak hanya mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia sendiri, melainkan sudah dianggap sebagai warisan kebudayaan dunia. Terbukti tak sedikit turis mancanegara yang berkunjung ke dataran tinggi dieng. Sudah sepatutnya kita ikut menjaga dan merawat keberadaan komplek candi dieng melalui tindakan - tindakan nyata.
Sumber